A: Kau tak pernah merasa bahwa segalanya menjadi semakin tak stabil? Semesta pun tak mendukungku untuk tak cemburu pada mereka. Atau kau merasa segalanya baik-baik saja karena kau tak melihat apa yang terjadi padaku dan apa kata mereka? Atau malah bisa jadi kau bisa diam karena memang tak peduli? Banyak anggapan kan? Jelaskan, makannya.
B: Jangan mendengar kata mereka, mereka yang di sekitarmu, merendahkan betapa tak berartinya jarak di antara kita dan tak pernah sedikitpun mendukung kita.
A: Semestamu dan semestaku berbeda. Mereka diam dan menuntut waktumu, sedangkan mereka di sini banyak bicara dan membandingkan dirimu dan seseorang yang mereka inginkan dekat denganku, aku harus berbuat apa?
B: Perlu kau tahu, bukannya aku tidak peduli sama sekali, aku peduli denganmu tapi aku tidak peduli dengan mereka yang meremehkan kita dan memojokkan keadaanku.
A: Kalau begitu, tenangkan dan pertahankan aku, jika kau tak peduli dengan mereka sedangkan aku berada di antara mereka.
B: Iya, tentu berbeda. di sini aku masih terpengaruhi oleh kesibukkanku, teman-temanku, dan di sana kamu masih terpengaruhi ocehan tak penting dari teman-temanmu. Bukankah aku sudah menenangkanmu? Sekarang ini. Hai, sayang kau tahu, Kebahagiaan itu bukan mereka yang menciptakan tapi kita. kita yang menjalani. Aku sibuk, tapi aku masih bisa kan membuatmu tenang. meredakan sedikit emosimu saat merinduku. lalu apa lagi yg salah?
A: Menenangkan dan menunggu aku reda dengan menambah kesibukan itu berbeda lho. Sadar tidak?
B: Aku sadar aku sibuk, dan aku sadar aku telah menenangkanmu. Rindu itu bukan ketergantungan. tapi bagaimana ketergantungan itu bisa menjadikan kita semakin termotivasi untuk melakukan hal-hal yang positif untuk kita berdua.
***
A: Bedakan hal ini, makan untuk kenyang dan makan karena kau menyukai makanannya. Menenangkan sekedar memenuhi peranmu atau karena khawatir?
B: Kau masih sering salah mengartikan rindu seperti apa? yang kau tahu rindu harus dianggap jika tidak ributlah kita.
A: Rindu itu hadir saat rindu menginginkan kita untuk merasakannya. Hanya saja, rindu itu terlalu kuat untuk ditolak ataupun dialihkan.
B: Iya, karena kita tak bisa mengalihkan rindu itu. kita masih sering kalah dengan rindu kita, dan berujung kita yg saling egois.
A: Rasa khawatir ada beriringan dengan rindu yang tak terbalas bukan? dan lalu protectif yang berlebihan. harus seperti itu? Lalu? Masih mau menganggapku egois? Ya udah sih kalau kau bisa merindu dalam diam, dengan kesibukanmu yang luar biasa itu. Selamat.
B: Kamu tidak egois. aku tetap menilai kamu orang yang mengerti kesibukanku… mungkin aku yg salah bahkan egois.
A: Ya berarti kau beranggapan bahwa semua itu tak perlu hadir dalam hubungan kita? Aku bisa kok jadi sepertimu, bahkan bisa lebih. Bagaimana?
B: Boleh saja jika kamu mau sepertiku, sibuk. asal masih bisa membatasi peran kita seperti apa dan siapa kita. Status kita. Bukankah peranku sudah terlaksana, aku sibuk aku luangkan waktu untukmu meskipun tak banyak. tapi aku tetap berusaha. Dengan kesibukkanku dan semua perhatian yang kuluangkan untukmu. siapa yang tak bersyukur dan meminta lebih? Lebih baik aku yang mengalah lalu meredakan ledakan rindu kita. aku tak mampu jika tiap hari dihidangkan masalah yang ini-ini lagi.
A: Begini, aku wanita dan kau lelaki, ada beberapa hal dalam perasaan yang tak bisa disamakan dan tak bisa diseragamkan. Kau harus coba peka.
B: Aku sudah lebih PEKA untukmu. apa yang kurang. AKU SIBUK sayang. jangan membuatku semakin tak bisa mengontrol emosiku. Aku sadar perasaan antara KAMU dan AKU memang tak bisa disamakan, kamu wanita dan perasaan pekamu lebih dariku.
A: Sibuk ya? Aku juga kok. Jadi sementara ini, lebih baik aku diam. Wanita tak punya hak untuk dibentak.
B: Jika kau tak ingin dibentak, dimana rasa pengertianmu? diujung lelahmu? Apa kita sudahi saja jarak ini. Jika sudah tak ada lg pengertian di antara kita. Jujur tak pernah semarah ini aku menghadapi egomu, aku tak bisa berkata-kata lagi dengan kondisi kita saat ini. Di mana hati kita? pengertian kita? untuk apa ada cinta yang menjadi tolak ukur pengertian kita.
A: Entah, tolak ukurmu selalu menuntutku serba sabar. Aku juga ingin seperti pasangan yang lain meskipun aku sadar kita lebih hebat.
B: Yang menjadi tolak ukur adalah rasa sayang kita, bukan kah jarak yg mengajarimu semuanya. Termasuk tolak ukur pengertian yang tak pernah ada batas, jarak yang megajarimu bagaimana menjadi seorang wanita yang tegar. Sudah malam, waktunya kamu tidur. basuhlah wajahmu dengan wudhu, semoga bisa menenangkanmu malam ini setelah berdebat panjang.
B: Maaf, jika malam ini aku membentakmu. tak pernah sedikitpun aku bisa marah denganmu. untuk apa marah jika aku masih menyayangimu.
A: Jangan paksakan ketegaranmu, aku jauh lebih sensitif. Dan aku sadar aku sensitif meskipun aku berusaha untuk menjadi yang kau inginkan. Biar saja aku diam sejenak, aku butuh waktu. Maaf.
B: I still believe, I will touch you that sweet day that you take me there, where you are, I still believe… #np
Jangan lupa dikomentarin yaaa, oiya, tulisan ini "DILARANG-COPY-PASTE ATAU MEMINDAHKAN KE BLOG TEMEN-TEMEN" mohon pengertian yang besarnya yaa. :)))