Ini gak ada kaitannya dengan masalalu kita, jangan pernah berfikir kalau kita akan terhenti disini, bukankah kau yang bilan kalau kau akan menunggu, kau akan menanti apa yang kau selama ini percaya kalau aku adalah masa depanmu juga. Ah, terkesan berlebihan. Tapi, pada kenyataanya seperti ini kan? Kau bilang terlalu berlebihan, tapi kau mau aku seperti itu. Kau masih untuk aku nanti.
Ini cukup, tapi tak berlebihan. Aku menganggapmu sebagai kepompong deskripsi yang entah ada hubungannya atau tidak pada dasarnya kepompong dan kita sama-sama menunggu, penantian ini sederhana bukan. Kita hanya saling menanti, saling mengorbankan waktu untuk bisa terlepas dari ruang yang begitu sempit dan terlepas pada saat kita sudah benar-benar bisa bersabar.
Bagian dari kita adalah jarak, teman sejati kita adalah rindu, dan musuh kita adalah ego kita masing-masing. Jarak yang membuat kita benar-benar harus sabar menahan rindu, dan untuk tidak egois dalam mengatakan rindu kepada satu sama lain. Perkara yang ingin menang sendiri dan tak ingin disalahkan bukan hanya aku dan kamu. Aku tak ingin menyalahkan satu sama lain. aku ingin kita sadar, seharusnya kita bisa baik-baik saja tak ada masalah dalam menahan rindu dan menyampaikannya tanpa perlu harus saling mendiamkan satu sama lain, tak perlu aku harus bersikap dingin kepadamu, kaupun sebaliknya. Sejatinya ini memang benar-benar berat. Mana tau, aku bisa benar-benar bisa bertahan sampai saat ini. Ini berkat kesabaran kamu.
***
Sudah berapa hari kita saling terdiam, terpaku pada gengsi, dan saling menunggu siapa yang lebih dulu harus mengabari satu sama lain.
Apa kau sudah lelah?
Apa kau sudah tak ingin kita bertemu kembali?
Apa kau sudah siap merelakan pengorbanan yang tidak sedikit dalam hubungan kita?
Jawablah.
***
Jangan pernah melakukan hal yang tidak semestinya terjadi, tahan sebentar emosimu. Tenanglah, jangan pernah berfikir yang berlebihan. Pada dasarnya kuat atau tidak kita pada jarak, semua memang kembali pada kita yang menjalani. Bukankah semua masalah ada jalan keluarnya?
Akan lebih menyakitkan adalah ketika jarak yang sedang kita jaga, justru sebaliknya. Malah kita yang menjaga jarak dalam jarak. Aku ingin semuanya terbuka, kita benar-benar pada dalam lingkup kalau kita memiliki masalah kita harus menyelesaikannya langsung. Bukankah itu kehendakmu dulu, dulu. Sekarang masalah yang ada pada kita hanyalah bom waktu, kita simpan sebanyak mungkin dan entah mana dulu yang kita selesaikan, bahkan tak ada yang terselesaikan. Sejujurnya aku ingin pulang pada waktu yang menerimamu dulu. Kembali pada kau yang awal. Coba kau cermati masalah demi masalah yang kita punya, apa ada yang pernah kau selesaikan?
Kita tidak sedang menjaga jarak dalam jarak.
Notes: Dikomentarin, ya. Oiya, yang mau baca ini Monggo biar hubungannya makin awet, amin.