Perkenalkan namaku Bunga (Nama disamarkan) usiaku 20tahun, aku mau berbagi sedikit kisah LDR bersama pasanganku Mas Dwi (Nama disamarkan) yang usianya 27 tahun. Semoga kisah ini member inspirasi untuk teman-teman LDR.
Aku dan mas Dwi sudah pacaran sejak 4 tahun lalu, tepatnya tahun 2010. Usia kami terpaut 7 tahun. Perkenalanku
dengan mas bermula dari media sosial. Aku dari cirebon, dan mas Dwi dari
semarang. Tak ada perasaan apa-apa saat itu, entah karena kami tidak pernah
tegur sapa, atau memang hubungan kami hanya sebatas teman chatting. 3 bulan
dari perkenalan, kami bertemu di Cirebon. Setelah pertemuan singkat itu, mulai
ada rasa yang tak biasa. Ternyata kami berdua saling jatuh cinta. Dari situ
kami memutuskan untuk pacaran. Walaupun semenjak awal pacaran kami memang sudah sepakat untuk backstreet
dari orang tua kami masing-masing, karena di antara kami berdua
terhalang oleh keyakinan.
Pada saat usia hubungan kami masih 3 bulan, Mas Dwi harus
pergi meninggalkan tanah kelahirannya, untuk menimba ilmu di Jerman. Dengan berbekal pengalaman LDR Cirebon-Semarang dan penguatan dari mas, aku bisa melepaskan untuk sementara waktu, meskipun di awal perpisahan hati mulai berontak. Kali ini bukan hanya masalah jarak, tapi inipun
menyangkut masalah waktu. Bulan demi bulan terlewati walau hanya berkomunikasi seperlunya,
dikarenakan kesibukanku yang
baru memasuki perguruan tinggi,
begitupun dengan mas Dwi.
4 bulan pertama dilewati dengan begitu mudahnya, sampai pada bulan ke-5
muncul orang ketiga dari pihak mas Dwi, sehingga setiap kali berkomunikasi kami akhiri dengan pertengkaran.
Disusul dengan keluargaku yang lambat laun mengetahui tentang hubungan
kami. Akupun ditentang keras oleh keluargaku agar segera mengakhiri hubunganku bersama mas Dwi, karena perbedaan keyakinan. Pada saat itu aku tidak langsung memutuskan hubungan kudengan mas Dwi. Langkah yang aku ambil saat itu adalah dengan berbicara meskipun lewat videocall. Aku ceritakan semua apa
yang menjadi masalahku dengan keluarga, seketika itupun yang kulihat dari layar komputer dia
hanya diam, lalu ada air
mata yang mengalir dengan sendirinya. Tak ada kata yang keluar satu pun dari mulut Mas Dwi. Bukannya
kami tak mau mempertahankan hubungan ini, tapi kami berfikir menyangkut
keyakinan, keluarga dan masa depan. Ya, kami putuskan untuk mengakhiri hubungan
ini.
8 bulan sudah setelah kami berpisah tanpa komunikasi. Di setiap ibadahku, tak lupa aku menyelipkan do’a untuk diberikan jodoh yang terbaik, dan yang paling
utama adalah seiman. Tak pernah kuduga sebelumnya, setelah 8 bulan tanpa komunikasi, Mas Dwi datang menemui
ayah dan ibuku. Terang saja
Mas Dwi langsung di tolak,
keluargaku tak ada yang mau menemui Mas Dwi. Mas Dwi tak menyerah sampai disitu, dia kembali lagi untuk menjelaskan maksud dari kedatangannya kerumah. Walaupun keluargaku tetap tak terima, aku memohon kepada ayah dan ibuku untuk mendengarkan maksud dari kedatangan mas Dwi ke rumah,
karena saat itupun aku tak tau apa yang menjadi maksud kedatangannya. Akhirnya
keluargaku mempersilahkan Mas Dwi untuk masuk ke rumah, dan menjelaskan maksud
dari kedatangannya.
Ternyata maksud dari kedatangan Mas Dwi ke rumah adalah untuk melamarku. Seketika itupun ayah dan ibuku menolak lamaraannya karena mereka tau Mas Dwi berbeda keyakinan dengan keluargaku. Lalu diapun menerangkan bahwa 7 bulan lalu, sesudah kami
berpisah Mas Dwi memutuskan telah berpindah agama dengan
keyakinanku. Aku terkejut mendengar pernyataan itu, karena aku tau memutuskan untuk seiman denganku
tidaklah mudah, pasti banyak sekali tentangan dari kerabat ataupun sahabat, tapi Mas Dwi menjelaskan bahwa keluarganya bisa menerima atas kepindahan agamanya. Ayah dan ibuku pun mulai luluh dan mulai merestui hubungan kami, karena
beliau melihat kegigihan Mas Dwi untuk mendapat restu dari beliau.
Setelah mengantongi restu orang tuaku, Mas Dwi kembali lagi ke Jerman. 3 bulan setelah itu Mas Dwi datang lagi ke rumahku untuk resmi melamarku, kali ini Mas Dwi datang bersama keluarganya. Karena usia Mas Dwi yang sudah cukup, maka dia meminta kepada orang tuaku untuk menikahiku. Meskipun saat itu usiaku masih terbilang sangat muda untuk menikah yakni 18 tahun, orang tuaku merasa yakin melepasku kepada
Mas Dwi, karena beliau yakin, Mas Dwi adalah laki-laki yang
bertanggung jawab. Saat itupun kedua belah pihak seraya menentukan tanggal
yang pas untuk akad nikah kami. Dipilihlah bulan Nopember 2012, bulan dimana Mas Dwi menjabat
tangan ayahku untuk mengucap janji suci dihadapan Tuhan. Ya, sebulan dari prosesi lamaran, di karenakan mas Dwi harus segera kembali ke Jerman.
Alhamdulillah, meskipun setelah 2 bulan menikah harus LDR (lagi) selama 1 tahun untuk menyelesaikan sekolahnya, akan tetapi perjuangan di waktu yang singkat itu terbayar dengan kebahagiaan karena bisa menemani Mas Dwi sampai akhirnya diwisuda, bukan sebagai pacar, tapi sebagai seorang istri. Buah dari
perjuangan ini adalah dengan tinggalnya kami berdua dalam satu atap. Ya aku
mengikuti suamiku untuk menetap di Jakarta.
Semoga kisah
kami berdua memberikan inspirasi terlebih pada pasangan LDR yang berbeda
keyakinan.
***
Hallo temen-temen LDR dimanapun berada, kita masih membuka untuk kamu yang mau share kisah LDR-nya, untuk syaratnya silahkan baca di bawah ini.
Ditunggu #LDRStory-nya di email kita ya, semoga pengirim kisah makin tambah langgeng karena dibaca dan menginspirasi ratusan ribu temen-temen di @LongDistance_R.
Info buku Kumpulan kisah LDR dan Buku LDR lainnya
di sini Tips biar langgeng juga ada
di sini.