Kamis, 29 Januari 2015

LDR Story - 17 Agustus 2014, LDR-ku Merdeka!

Namaku pipit, dan aku mau berbagi kisah LDR-ku antara Jakarta-Banjarmasin. Perkenalanku dengan dia bukanlah suatu yang terduga. Tak pernah bertemu sebelumnya namun kami memiliki perasaan yang aneh saat mulai berkomunikasi via bbm & telpon 2 tahun silam.

Namanya Dhika, usianya terpaut 8 tahun denganku yang saat itu berumur 19 Tahun. Perkenalan kami sangat singkat jika dilihat dari pengalaman hubunganku sebelumnya, hanya seminggu setelah saudara sepupuku yang tinggal di Jakarta memberikan pin bbm ku kepadanya. Malam itu ia meng-invite bbm ku dan langsung kuterima sesuai skenario dengan sepupuku.

Awalnya aku berpikir hanya untuk sebatas teman ngobrol, tak ada keseriusan didalamnya karena aku pernah berusaha mencoba LDR namun gagal. Sehingga aku tak percaya jika LDR itu akan berhasil. Namun malam itu, ada suatu rasa yang aneh ketika aku mulai berkenalan dengannya. Sehari mengenalnya seakan aku sudah bertahun-tahun mengenal dirinya. Perasaaan itu pun kian tumbuh seiring rutinnya ia menghubungiku baik via bbm ataupun telpon.

Cinta memang diluar logika. Aku tau bahwa ia tidak akan selalu ada setiap hari untuk selalu menemaniku. Aku tau bahwa ia akan jauh lebih sibuk karena pekerjaannya sedangkan aku masih kuliah semester 5. Aku juga tau bahwa lingkungan kami yang berbeda akan membuat komunikasi kami terbatas. Namun anehnya, perasaan nyaman itu muncul dengan sendirinya dan tak bisa ku pungkiri. Ia membuatku merasakan dirinya dekat dan nyata sebagai pasanganku.

Singkat cerita, setelah seminggu kami berkenalan, suatu malam ia menelponku berjam-jam lamanya dan ia menyatakan perasaannya. “aku disini nggak nyari calon pacar, tapi aku mau cari calon istri. Kalau kamu mau, kita bisa coba lanjutin hubungan ini”. Kira-kira seperti itulah yang diucapkannya. Dan aku hanya bilang, “iya, kita coba”. Dan resmilah kami berpacaran pada 22 desember 2012 tanpa pernah saling bertatap muka.

Bulan-bulan pertama memang begitu membahagiakan. Pembuktian akan keseriusannya padaku adalah saat pertama kali ia datang ke Banjarmasin untuk menemuiku pada bulan Februari 2013. Ia memberiku kejutan dengan tidak menghubungiku seharian dan keesokan harinya ia menelpon dan bilang sudah di bandara syamsudinnoor bersama temannya. Sungguh perasaan yang sulit untuk diungkapkan.