Mungkin ini sudah kita bicarakan sebelumnya, bahwa merindukanmu tidak pernah ada jeda. Aku tau kalau pertemuan itu akan ada, pastinya ada. Tapi apa pernah kau bersabar sedikit dengan apa yang kita tunggu saat ini. Kita tidak terluka, kita sedang tidak bersusah payah mempertahankan sesuatu. Tapi, nyatanya keadaan membuat kita tak pernah disadarkan akan mempertahankan cinta yang sebenarnya. Kau bilang ini tak adil? Kau bilang kau yang selalu merindukanku, dan aku tidak pernah merindukanmu, nyatanya salah. sampai saat ini, sampai kau mendiamkanku beberapa hari, aku tetap memikirkanmu, bersusah payah mencari celah agar kita bisa baikan.
Ada beberapa cara yang sudah kulakukan, namun itu tetap saja gagal untuk membuat kita baikan, mungkin di sekitarmu ada sedikit cara untuk membuatmu tersenyum dan sedikit cara itu berhasil, aku iri dengan mereka, orang yang tentunya bukan kamu sayang, orang yang seharusnya kau abaikan karena ada aku disini, aku kekasihmu.
Kau mungkin sadar juga kalau kita tak pernah menyelesaikan masalah pada saat keadaan kita jauh seperti ini, entah aku atau kamu yang egois atau kita berdua. Kita seharusnya belajar dari beberapa kesalahan yang pernah fatal pada diri kita, terlalu mudah menerima perhatian dari orang lain, terlalu mudah membalas orang yang perhatian. Ya, mungkin itu ada pada dirimu. Disana ada banyak pria yang mencari celah agar bisa mendekatimu, karena aku jauh mereka memanfaatkan keadaan yang semestinya kau sadar, dan kau gunakan kesetiaanmu demi hati yang aku titipkan disana, nyatanya benteng hatimu, begitu mudah terjajah orang lain. Dan... Aku kalah. Aku lewat, aku tidak tahu kalau kau sudah... Kau sudah nyaman dengan orang lain. Ini salahku juga, aku terlalu sibuk dengan kerjaanku disini, akhirnya batas kesabaranmu sudah habis untuk mengertiku, dan fakta kesetiaan itu terbalik. Sebelumnya kau tuduh aku mengkhianatimu, jelas-jelas aku sibuk dengan pekerjaanku dan mana sempat aku bisa selingkuh, kenyataanya kau yang mengkhianati.
Aku percaya kau bisa menjaga apa yang kutitipkan disana, apa kau bisa percaya kalau kesibukkan dan semua kerjaan-kerjaanku disini untukmu juga, apa yang kulakukan, semua sudah kurencanakan untuk kamu, dan kita, kelak kita akan bertemu esok. Aku mohon, bersabarlah...
***
Kalau ada bagian-bagian rindu yang tak tersampaikan, mungkin aku sudah begitu resah dengan adanya kita. Aku ragu untuk mempertahankan semua yang aku kira tadinya baik-baik saja, seimbang. Malah pada akhirnya tidak begitu. Bagimu aku tidak boleh mengeluh, dan aku tidak boleh berinteraksi dengan siapapun agar aku tidak jatuh hati disini. Perlu kau ingat, aku wanita biasa, bukan perindu yang murahan, namun selayaknya orang lain, aku juga ingin diperhatikan sama seperti teman-temanku juga. Kau memang menahanku, tapi dengan rasa ketidak pedulianmu disana kau seakan melepaskan sesuatu yang sebenarnya kau sayang, melepas dengan perlahan, ya kau seakan melepaskanku dengan perlahan.
Aku sadari ini keluhanku yang menurutmu kelewatan. Yang aku sadari hanya, kesibukkanmu yang kelewatan, tidak menghargai siapa yang merindukanmu disini. Apa alasan bagiku untuk mempertahan sesuatu yang sudah tak seimbang? Bayangkan saja, seminggu berapa kali kita interaksi satu sama lain, jarang, terhitung dengan jari satu tangan. Sedikit bukan? Apa alasan yang membuatku yakin kalau kau baik-baik saja disana, sedangkan aku tak tau keberadaanmu dimana dan kondisimu seperti apa, kau tak mengabariku bukan? Aku bukan membuat kamu terlalu benar-benar terkekang dengan aku disini, aku ingin kau hargai rasa kekhawatiranku.
Kita tak pernah berdamai dengan kerinduan yang hadir, aku ada kamu entah kemana, aku pergi kau mencari. begitu-begitu terus dan tak ada ujungnya, apa aku kecewa? Sangat.
Sepertinya, apa yang kita lakukan selama ini, kebaikkan yang selama kau lakukan hanya ada pada awal cerita. Perlahan kau pudarkan keyakinan itu dengan kelakuanmu sendiri, ketidak pedulianmu, acuh tak acuhnya kamu.
Kau belum terlambat, sebelum semuanya aku yang harus mengalah, kau punya banyak waktu yang seharusnya kau gunakan untuk memperbaiki hubungan kita, aku belum nyaman dengan orang lain, aku belum benar-benar mengkhianatimu, tapi semua itu akan terjadi. Jika kau benar-benar masih tak peduli dengan keadaanku disini. Terserah, aku bukan pasrah tapi aku kembalikan hubungan ini ke kamu. Kau akan perbaiki atau tidak. Dan aku percaya kelak kita bisa kok menyelesaikan masalah yang ada, kau hadir dan temui aku.
***
Mereka enggan berbicara banyak tentang hubungan yang mereka sedang jalani, berat, dan tak terselesaikan dengan jarak jauh. Ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah yang hadir, pertemuan? Bukankah semua butuh rencana, dan waktu memang belum mengijinkan. Mungkin salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ada dengan kedewasaan masing-masing. Hadir dan seharusnya kembali pada mereka yang dulu dan saling mencintai.
Rasa yang mereka miliki sudah pudar, ada keganjilan yang awalnya sederhana, interaksi satu sama lain yang semakin berkurang. Ragu? Mungkin. Tapi, perlu ditekankan kembali, kepercayaan satu sama lain mulai yang tidak ada. Saling sayang juga percuma kalau rasa percaya yang mereka miliki sudah tidak ada. Dan rasa percaya yang tak ada membuat semua orang bisa tertatih mempertahankan hubungannya. Apa kamu bisa percaya dengan hubunganmu saat ini?
Notes:
Wajib komentarin ya. titik dua bintang, eh klik ini juga.