Sabtu, 26 Oktober 2013

Kita tidak sedang menjaga jarak.

Ini gak ada kaitannya dengan masalalu kita, jangan pernah berfikir kalau kita akan terhenti disini, bukankah kau yang bilan kalau kau akan menunggu, kau akan menanti apa yang kau selama ini percaya kalau aku adalah masa depanmu juga. Ah, terkesan berlebihan. Tapi, pada kenyataanya seperti ini kan? Kau bilang terlalu berlebihan, tapi kau mau aku seperti itu. Kau masih untuk aku nanti. 

Ini cukup, tapi tak berlebihan. Aku menganggapmu sebagai kepompong deskripsi yang entah ada hubungannya atau tidak pada dasarnya kepompong dan kita sama-sama menunggu, penantian ini sederhana bukan. Kita hanya saling menanti, saling mengorbankan waktu untuk bisa terlepas dari ruang yang begitu sempit dan terlepas pada saat kita sudah benar-benar bisa bersabar. 

Bagian dari kita adalah jarak, teman sejati kita adalah rindu, dan musuh kita adalah ego kita masing-masing. Jarak yang membuat kita benar-benar harus sabar menahan rindu, dan untuk tidak egois dalam mengatakan rindu kepada satu sama lain. Perkara yang ingin menang sendiri dan tak ingin disalahkan bukan hanya aku dan kamu. Aku tak ingin menyalahkan satu sama lain. aku ingin kita sadar, seharusnya kita bisa baik-baik saja tak ada masalah dalam menahan rindu dan menyampaikannya tanpa perlu harus saling mendiamkan satu sama lain, tak perlu aku harus bersikap dingin kepadamu, kaupun sebaliknya. Sejatinya ini memang benar-benar berat. Mana tau, aku bisa benar-benar bisa bertahan sampai saat ini. Ini berkat kesabaran kamu. 

***

Sudah berapa hari kita saling terdiam, terpaku pada gengsi, dan saling menunggu siapa yang lebih dulu harus mengabari satu sama lain. 

Apa kau sudah lelah? 

Apa kau sudah tak ingin kita bertemu kembali?

Apa kau sudah siap merelakan pengorbanan yang tidak sedikit dalam hubungan kita? 

Jawablah. 

***
Jangan pernah melakukan hal yang tidak semestinya terjadi, tahan sebentar emosimu. Tenanglah, jangan pernah berfikir yang berlebihan. Pada dasarnya kuat atau tidak kita pada jarak, semua memang kembali pada kita yang menjalani. Bukankah semua masalah ada jalan keluarnya? 

Akan lebih menyakitkan adalah ketika jarak yang sedang kita jaga, justru sebaliknya. Malah kita yang menjaga jarak dalam jarak. Aku ingin semuanya terbuka, kita benar-benar pada dalam lingkup kalau kita memiliki masalah kita harus menyelesaikannya langsung. Bukankah itu kehendakmu dulu, dulu. Sekarang masalah yang ada pada kita hanyalah bom waktu, kita simpan sebanyak mungkin dan entah mana dulu yang kita selesaikan, bahkan tak ada yang terselesaikan. Sejujurnya aku ingin pulang pada waktu yang menerimamu dulu. Kembali pada kau yang awal. Coba kau cermati masalah demi masalah yang kita punya, apa ada yang pernah kau selesaikan? 

Kita tidak sedang menjaga jarak dalam jarak. 

Notes: Dikomentarin, ya. Oiya, yang mau baca ini Monggo biar hubungannya makin awet, amin. 


Long Distance Hearts #3

Kali ini gue mau ngomongin buku baru, nih. Sebagian dari buku baru LDR sudah ditulis dan ada kekurangan pada materi yang tidak bisa keluar dari benang merah Long Distance Hearts, yaitu kumpulan kisah dari followers. Tapi ada yang beda kali ini, di dalam buku LDR kisah-kisahnya hanya kita ambil beberapa kisah mungkin bisa sampai 5 sampai 10 kisah, dan sisanya adalah tulisan kami dari admin, tulisannya pun bukan tulisan LDR biasa, melainkan tulisan yang kami buat seperti pengungkapan apa yang sedang dialami para followers LDR, masalah-masalah yang sering terjadi dalam LDR tapi dalam setiap tulisan tersebut kami kasih jalan keluar setiap masalah yang ada dan bagaimana cara mengatasi agar masalah itu tak terjadi lagi. Semoga ini bisa membuat kamu bisa mencari solusi kalau LDR yang baik harus seperti apa, toh kami juga masih banyak belajar kok.

Langsung ke inti masalahnya. 

Kita sedang mencari kisah-kisah nyata LDR bukan fiksi yang: 

1. HAPPY ENDING (Kisah nyata LDR yang berakhir bahagia, menikah ataupun tunangan).
2. Beda Benua/Negara.

Yups, untuk kamu yang punya kisah #LDR seperti yang tadi mimin kasih tau, kirimin yaa kisahnya ke:
longdistancerstory@gmail.com [Sertakan Subjeknya yaaa Contoh: Happy Ending / LDR Beda Negara]


Format penulisannya seperti ini :
  • Tulis dengan program MS. Word, maksimal 6 halaman A4 dan minimal 4Halaman. Dengan huruf Calibri  11, spasi 1. Kalau ada photo Nikahan, boleh kok dikirim, photo waktu kamu tunangan, dan moment ketemuan.
Konteks bahasanya harus jelas, dan tidak ada kalimat perkalimat yang di singkat. Jika ada kalimat seperti ini: Kita = qta, Aku = Aq, dan Dengannya = Dgnx, Maaf kita tolak.


Sertakan, Nama lengkap kamu, Alamat kamu, Akun twitter kamu dan Suami/Pacar kamu (Jika punya, Jika tidak punya akun twitter tidak apa-apa).

Batas pengiriman Kisah hingga: 

Jam 23:59.  14 November 2013.

Buat pemenang kisahnya, hadiah yang didapatkan:
1. T-shirt LDR [2 Kaos]
2. Paket Buku LDR, Sebagai tanda bukti terbit. 
Sabar yaaa, maaf yaa terlalu lama menunggu.


Mungkin banyak yang bertanya, kenapa harus happy ending dan beda negara? karena kisah seperti itu sangat memotivasi kita. dan banyak nilai lebihnya kok, so maaf yaa buat temen-temen yang masih LDR ukuran S, M, dan L.

Dan kalo ada yang nanya; "Kisah tetangga/temen/Kakak ada yang happy ending boleh gak min aku bikin kisahnya dan dikirim ke mimin?"
Me: "Boleh kok, asal kamu konfirmasi dulu ke dia".

 *catatan: Setiap pengiriman kisahnya  temen-temen harus konfirmasi dengan pacar/suami/mantan/Keluarga orang yang berkaitan dengan isi kisah teman-teman terlebih dahulu, agar tidak ada kesalah pahaman. Dan Kisah LDR yang biasa kita ceritakan di TL tiap Kamis Malam akan kami hentikan selama pembuatan buku ini.  

Sabtu, 12 Oktober 2013

Semoga Saja.

Setelah sekian lama... 

Perasaan ini jauh lebih buruk dibanding saat aku meninggalkanmu di Terminal beberapa bulan lalu. Aku tahu, kau terlalu sibuk dengan fikiran-fikiran kalau aku telah berpaling darimu. Itu jauh lebih buruk dari perasaanku saat ini, saat ini. Aku terlalu memikirkan kalau aku sibuk, aku bisa mengalihkan pikiran dan rindu darimu, itu saja. Kenyataanya, aku salah. Aku kalah dengan perasaanku kalau kau tidak baik-baik dengan cara aku terlalu sibuk ini. Kau merindukan sosok yang menemanimu setiap saat, sosok aku yang dulu, sosok yang seakan aku melindungimu, sosok aku yang kau banggakan meskipun aku jauh, kau merasa aku ada, dan sosok itu tergantikan oleh entah siapamu itu yang pasti bukan aku lagi.

Sejujurnya dengan cara aku terlalu sibuk, rasa takut akan kehilanganmu jauh lebih banyak dibanding rasa takutnya kamu akan kehilanganku. Aku memang salah, ternyata merasakan hal seperti ini membuat aku lupa diri akan masalah-masalah yang sering kita buat dan tidak kita selesaikan, maafkan aku. Dan aku takut kalau kau yang berpaling kepada orang dengan alasan "kalau kamu enggak perhatiin aku, ya jangan salahin aku kalau aku diperhatiin orang lain" kita yang memberikan keparcayaan, kalau berjauhan itu saling menjaga.

Rasa cemas, rasa bersalah memang tidak cukup membuat aku dan kamu baik-baik saja, cinta ini terlalu rumit saat kita dibuatnya berpisah. Padahal, aku selalu berusaha agar aku ada saat kau butuh, kesibukkanku yang memakan diriku ini akan rindumu, apa kau memaafkanku? Semoga saja. 

Semoga saja kau tidak merasa kalau aku ingin meninggalkanmu karena kesibukanku, aku tak ingin mengemis rasa pengertian dan pemahamanmu yang kurasa sudah sirna. Aku tak memintamu untuk bertahan, aku tak memintamu untuk menungguku. Kaupun menyadarinya siapa yang layak untuk kau pertahankan dan ditunggu. Aku? Semoga saja. 

Rindu ini terlalu memikat untuk aku pertahankan, terlalu kuat ikatannya jika ikatan ini sudah mengendur aku kuatkan kembali agar tak bisa terlepas, sudah saatnya aku menuai akan apa yang kita sama-sama nanti kan, pertemuan. Jangan terlalu khawatir, Sayang. Bagiku, alasan-alasan untuk meninggalkanmu itu tidak ada. Yang ada hanya rindu ini adalah alasan kalau kau membuatku bertahan karena kau ikhlas menungguku. Semoga Saja. 

Notes: Dikomentarin, ya. Oiya kamu buka ini juga dong, Hal yang bisa bertahan #LDR.

Minggu, 06 Oktober 2013

Aku Ingin Kita Bertahan.

Resah ini sewajarnya, tapi kau buat keadaanku semakin tak baik-baik saja. Kau seakan tak ingin berpihak pada keinginan kalau kau 'mempertahankan hubungan kita', aku tak ingin banyak menuntut semua waktumu, karena memang aku tak berhak meminta. Aku sadar diri akan aku yang belum sepenuhnya kau miliki, dan apalagi kau terlihat seakan tak ingin mempertahankan. 

Ada harapan yang kau janjikan, selalu seperti aku mengharapkan perkataanmu dulu "Semua yang aku lakukan disini, kesibukan apapun aku, aku ingin sepenuhnya bisa berbagi denganmu" aku ingin apa yang kau katakan tadi benar adanya hingga saat ini. Aku rindu kau berkata "Aku kangen kamu lho, lagi sibuk juga,. Tapi, kapan ya aku bisa nemuin kamu. Kangen tapi gak bisa ninggalin kesibukkan disini, semoga kamu sabar, ya, Sayang" seingatku itu percakapan ketika beberapa bulan pertama saat kita terpisah, kau yang mengucapkannya langsung, kau tak tahu, saat kau mengatakannya tak terasa buliran air menetes di pipiku. Aku rindu semuanya, semua tentang kesibukkanmu yang mudah berbagi denganku. Setidaknya kau anggap aku ada denganmu, di sisimu dan selalu memberi semangat, agar kau tetap adanya kau. Melakukan semuanya dengan baik dan menjaga hubungan kita dengan baik. 

Aku tak ingin berhenti sampai disini, semua sudah terlalu banyak perjuangan yang selama ini kita lakukan. Pertemuan yang kau sendiri tidak kenal lelah selama dalam perjalanan, aku tak ingin menyerah hanya karena berjuang sendiri. Tersadar sudah berapa banyak pengorbanan yang kau lakukan untukku, menemuiku, meluangkan banyak waktunya untukku. Semua itu demi agar kerinduanku akan kamu tak sia-sia bukan? Aku seharusnya yang sadar kalau kedatanganmu nanti bukan hanya demi diriku disini, melainkan hubungan supaya kita terjaga dengan baik-baik, begitupun rindu.

Tak banyak inginku, aku ingin kau kembali layaknya aku menerimamu dulu. Terlalu banyak harap yang kau timbulkan kekecewaan tak akan menyurutkan kalau aku benar-benar ingin mempertahankanmu. Aku memahami kalau kita masih terlalu dini membicarakan kommitmen, tapi aku ingin hubungan kita tak kita sia-siakan dengan keegoisan karena alasan mungkin karena kita masih muda. 


Aku ingin kita saling mencintai layaknya pagi, dimana matahari barulah terbit, sejuknya tetesan embun, saat aku terbangun ada harapan-harapan baru setiap harinya. Semangat baru, cinta yang kau tanamkan agar tumbuh menyejukkan kita, dan untuk mempertahankan kalau hari yang dimiliki adalah kita.


*Notes: Dikomentarin, ya.