Sabtu, 02 Februari 2013

Pertemuan untukmu.


Takkan pernah berhenti untuk selalu percaya, walau harus menunggu seribu tahun lamanya, biarkanlah terjadi wajar apa adanya walau harus menunggu seribu tahun lamanya, selama apapun itu. Aku kan setia menunggu.

Aku mendengar lagu itu, lagu dari salah satu band terbaik di Jogjakarta, Jikustik… ini bukan masalah band-nya tapi masalah lirik lagu yang sedikit menyinggung hatiku, entah ini yang keberapa kali aku memutar lagu ini, menggambarkan kekasih, kekasihku yang di sana. Dua tahun yang lalu aku mendengar lagu ini, dua tahun pula aku menjalani tali kasih dengannya, setidaknya lagu ini membangkitkan kenangan saat manis-manisnya membangun cintaku dengannya. Bagaimana aku meyakinkan dirinya untuk menjadi kekasihku, meyakinkan diriku juga untuk menjadikan kekasihnya kala jarak yang terbentang memisahkan kita. Setidaknya lagu ini selalu membuka ingatan seperti kaset yang melesat memutarkan lantunan lagu, seperti itulah aku melesat mengingat saat awal aku mengenalnya. Ah, ketidak sengajaan itu yang membuatnya aku jatuh cinta dengannya.

***

Sudah seminggu aku tak memberikan satu pesan singkat untuknya, sekedar meleponpun aku enggan. Bukan aku sudah tidak mencintainya lagi, melainkan aku tak ingin rindu ini menjadikan dia beban dan beban bagiku juga, aku masih sangat mencintainya. Aku tahu, dia pasti menunggu kabarku dan mengkhawatirkan keadaanku di sini. Aku yang bodoh selalu acuh tak acuh dengannya. Tapi, dia sudah tahu sikapku seperti apa yang selalu membiarkannya begitu saja, dan tidak seperti dia yang selalu menceritakan kesehariannya padaku melalui surat elektronik yang dia kirimkan setiap minggunya entah itu tentang perkuliahannya, film yang sudah ditontonya, dan banyak hal aneh yang sering dia dapatkan akupun hanya membaca setengah dari surat yang dia beri.

Pernah kita bertengkar, saat dia mulai jenuh dengan sikap cuekku. Tapi, aku tahu kalau dia sedang terbawa emosi kerinduannya. Saat aku mulai mengabarinya setelah seminggu tak memberi kabar dengannya, percakapan yang masih sangat kuingat.
            “Hi, sayang… Maaf yaa aku gak ngabarin-ngabarin kamu, takutnya aku malah tambah kangen, mau ketemunya kan susah” aku menelponya disela-sela kesibukanku
            “Iya. kemana aja kamu. Aku nungguin kabar malah kamu asik sama kerjaan aja terus, gak tau ya sama orang kangen” Jawabnya dengan nada yang sedikit tinggi, sedikit membentakku.
            “Aku kerja sayang, ngerti lah. Kan aku sering ngtweet tentang kerjaan dan lain-lain, jadi gak mesti ngabarin ke kamu juga, toh kamu udah tau kan lewat twitter. Oiya gimana aktifitas kuliah kamu, tugas-tugas udah pada selesai? Sini aku bantuin deh, bantuin nyusahin.  Hehe” Balasku dengan suara tanpa nada tinggi sepertinya, dan aku mencoba untuk sedikit menghiburnya.
            “Hmmm. Sebenarnya kamu masih anggap aku apa sih, ya aku juga maulah jadi prioritas utama kamu, ngabarinnya tuh di sms bukan di twitter. Lagian aku kan jarang buka twitter apalagi kepoin kamu, tugas udah selesai semua kok, gak perlu. Kamu ngabarin aja jarang malah niat mau bantuin, gak sadar yaa” dengan nada yang sama; tinggi. Dan tambahan sedikit menggerutu.
            “Kalau kamu mau jadi prioritas ya gak bisa. kamu tahukan, aku tadi udah bilang, aku kalau sms atau telpon kamu setiap hari malah yang ada aku tambah kangen dan kamu juga, makanya aku suka sibuk untuk mengalihkan rasa kangen ini ke kamu. Iyaaaa, tugas itu cuma pengen basa-basi aja kok sama kamu, abis kamu galak banget jawabnya, relaks dong. Kita ini lagi jauhan jangan berantem yaa.” Mungkin dengan penjelasan seperti ini aku harap dia akan sedikit mengerti.
            “Aku ini pacar kamu, masa enggak boleh minta jadi prioritas kamu, sedikitpun dalam sehari. kamu ngabarin aja seminggu sekali. Gimana aku bisa percaya. Dulu, kamu kan pernah bilang komunikasi itu bisa meyakinkan pasangannya. iya kita ini jauhan dan kamu jangan selalu mencari masalah biar aku gak marah-marah kayak sekarang” Gerutunya semakin menjadi-jadi. Aku putuskan untuk sudahi saja percakapan ini, dan melanjutkan dengan kesibukanku. Masih ada kesibukan yang sangat bermanfaat dibanding dengan debat panjang yang aku rasa ini hanya buang-buang waktu dan melelahkan hati.
            “Oke, aku usahain kamu jadi prioritasku yaa. Kali ini skakmat deh, kalau kamu suka bilang aku yang dulu-dulu, dulu aku baik banget ya. Sampe banyak nasehat yang sekarang aku ingkarin dan nasehat itu kamu yang ingetin malah jadi senjata utama kamu. ya udah aku mau lanjut kekerjaa, kamu jangan lupa makan yaa, kalau capek istirahat aku enggak mau kamu sakit. Love you.” Ucapku dengan suara terburu-buru.
            “Iya, kamu semangat yaa kerjanya, jangan lupa makan sama istirahatnya” dengan nada sedikit tidak terima, karena percakapan ini aku yang menyudahinya.

Percakapan tadi, percakapan yang sudah tak terhitung lagi telah kubuat dengannya. Aku tau dia sangat merindukanku. Tapi, caranya yang membuat dia semakin salah, menjawab pertanyaan yang kuberi dengan nada yang tinggi, mempermasalahkan masalah yang semula kecil menjadi gunung, bahkan gunung itu tiba-tiba meledak. Ini yang kutakutkan dengannya, masalah itu menjadikan kita sebagai bom waktu. Menyimpan satu persatu, kita saling diam lalu kita ledakan dengan satu kalimat yang menyakitkan; Jenuh.

Aku tak ingin hubungan yang sudah kubangun dengan susah payah, pengorbanan yang tidak sedikit, merelakan dia sendiri hanya untuk menungguku di sini dan hanya karena masalah sepele hubungan jarak jauh berakhir dengan sia-sia karena jenuh, itu bukanlah solusi putus yang logis. Aku terdiam selama lima belas menit saat mengingat kalimat jenuh. Satu-satunya obat yang bisa menyembuhkannya adalah pertemuan. Maka, aku atur jadwal pertemuan dengannya, akhir bulan ini aku akan menemuinya. Dan sengaja aku tak memberikan kabar kalau aku ingin ke kotanya, ini surprise, ini hadiah untuknya yang selama ini mampu menungguku di sini. 

*noted; ini cerpen pertama yang mimin bikin, enggak tau deh. bagus atau enggak. komentarnya yang pedes yaa. :D

14 komentar:

  1. Bgus bnget ceritanya mimin :)

    Aquu terharu bnget..

    Min,, kpn" blh kan aquu curhat" sama mimin ? :)

    BalasHapus
  2. aaaaaaaaa mimiiiiiinnn!! cerepennya sukses bkin kangen sm pacar :)
    hhmmm tapi ada yg kurang deh min kayanya. kurang greget gimana gitu hehe. keep succes min!!

    BalasHapus
  3. Kurang ngena min, coba lebih diluapin lagi ... gak kebawa suasananya , ayo min lebih ditimbulin lagi masalahnya :)

    BalasHapus
  4. Iyah cerpennya kurang ngena min, soalnya kisah LDRnya sama seperti kisah LDR aku. Aku kerja dan pacar aku kuliah. Kegiatan kita benar-benar berbeda dan aku tak jarang mengerti atas apa yang dia bicarakan mengenai aktivitas dikampusnya dan diapun sama jika aku curhat dengan rutinitas pekerjaanku. Tapi semua itu jadi bumbu dan buat kita berdua saling nambah ilmu dengan apa yang telah kita laluin dengan aktivitas masing-masing.

    Upppsss ko jadi curhat ^_^">

    Yang lebih menginspirasi lagi min cerpennya, biar aku bisa longlast sama pacar aku di Solo sana :d

    BalasHapus
  5. wah sadiz banget, seminggu ga kasih kabar.. kalo ane mah uda bisa digeplak ama nyonyah, baru 3 jam an ga kasih kabar aja dah mencak2 si nyonyah, hehehe ^^

    anyway mayanlah buat pengetahuan ttg ldr, thanks mimin

    BalasHapus
  6. Postingannya keren euy :P
    Salam kenal yaaahh... :)
    ditunggu kunjungannya di http://catatanwildanmusthofa.blogspot.com

    oke?? ;)

    BalasHapus
  7. hhahaha,, 1 minggu gk di kasih kabar brasa pengen gantung diri dah,.. hahhaa

    BalasHapus
  8. min ..
    2 minggu bagaikan 20taun rasanya ..
    kalo dia g pulang ..
    hahaaaa :D

    ajibbb bener lh cerpennya min :)
    berasa disentil kalo kita engga sendiri ngerasanya .
    heu :D

    BalasHapus
  9. senyum2 sendri baca nih postingan, *kayaknya pernah mengalami* hohoho

    BalasHapus
  10. pernah dicuekin sama pacar berhari2.. bukane minta maaf malah cuek bebek tanpa dosa :(

    BalasHapus
  11. hampir mirip ceritanya sama kisah pribadi :) konflik nya lebih dalem lagi min

    BalasHapus
  12. aku lagi ngalamin nya min :(
    dia malah milih kesibukannya , hiks

    BalasHapus
  13. Lmayan nih min bwt jdi pmblajrn bwt hub aq,

    thank min

    BalasHapus

Silahkan, berkomentar. Usahakan konteks penulisannya yang rapi, ya. Biar enak diliat. Oiya jangan lupa beli buku Long Distance Hearts 1 dan 2 di toko buku terdekat. :*