Maaf, jika aku masih
sulit mengertimu, bukan karena aku sendiri yang membuat keadaan menjadi semakin
rumit. Aku memohon dengan sangat akan pengertianmu. karena aku sudah terjajah
oleh rindu yang selalu membelenggu, semoga kau mengerti.
A: Tapi kenapa kamu
selalu mendahulukan rasa kesalmu? Aku tahu kamu sibuk dan butuh waktu banyak.
Tapi bagaimana denganku? Apa kamu mau aku tidak ada? Jujur aku terluka, jujur
aku menangis, tapi kamu seperti tidak mau tahu. Lalu tiba-tiba kamu
menyalahkanku? Apa yang harus aku lakukan? Kamu membuatku enggan untuk berkata
aku rindu, enggan untuk berkata aku butuh kamu. Apa kamu tahu kalau aku harus
selalu mengalah? Aku lelah. Jujur aku lelah dengan kesibukanmu yang sudah
mengubahmu.
B: Bukan tujuanku
dengan kesibukanku ini untuk membuatmu mengalah. Lain kali, jika kamu
merindukanku, carilah kesibukan! Bukankah waktu yang ada di sela kesibukanku
selalu kuberikan untukmu. Aku mohon kamu mengerti, aku sibuk dan aku pasti
membagi waktu luangku denganmu. Jangan kamu pancing emosimu untuk merusak
keadaan yang sudah rusak karena jarak.
A: Lalu, mengapa kamu
terus saja menyalahkanku? Aku kurang peka, aku mengerti rindumu, aku terlalu
sibuk. Selalu itu yang menjadi alasanmu.
B: Sudahlah, aku tidak
ingin kita ribut. Aku ingin kita baik-baik saja. Sekarang aku sudah ada, jangan
gunakan waktu luangku ini untuk bertengkar.
A: Terserah padamu,
jujur aku lelah.
A: Atas dasar apa kamu
menyuruhku untuk sibuk agar bisa melupakan rasa rinduku? Mana mungkin aku bisa
seperti itu? Aku tidak sepertimu.
B: Kalau terserah aku,
mana mungkin aku meladeni amarahmu yang sudah menjajah rasa rindumu ini. Aku
menyuruhmu sibuk, agar kamu tahu bagaimana merindu dalam diam, karena diam
bukan berarti tidak peduli. Kamu perlu ingat itu!
A: Lalu aku harus
bagaimana? Apa harus sepertimu? Jauh dari ponsel? Jauh darimu? Apa kamu bisa?
Kamu mau aku melakukannya? Baiklah.
B: Kamu harus
bagaimana? Tidak semestinya kamu sepertiku. Cowok kalo cuek memang bawaan dari
sananya. Kalau aku peduli, nanti aku disangka protektif. Jadi, bukankah kamu
sudah memahami karakter yang ada padaku. Memangnya aku baru mengenalmu kemarin?
Enggak 'kan. Yang harus kamu lakukan adalah sedewasa mungkin bersikap
saat kamu merindukanku dan saat kamu menahannya. Sedewasa mungkin. Titik.
A: Dewasa bagimu itu
diam tidak banyak bicara, 'kan? Baiklah. Aku memang mengenalmu, tapi kamu yang
sekarang tidak seperti yang kukenal dulu. Berkacalah dan tanyakan pada dirimu,
apakah kamu bangga bertengkar sesering ini? Pergilah, aku butuh waktu. Kamu
senang 'kan, jika bersama mereka? Kau terlihat seperti masih single.
Kamu senang seperti itu, 'kan?
B: Aku sudah berkaca
beberapa kali pada diriku sendiri. Aku masih sama seperti dulu, hanya keadaan
memang sudah berbeda. Kamu tahu bagaimana aku dulu? Dulu aku tidak sesibuk
sekarang. Dulu aku masih pelajar, sedangkan sekarang aku sudah kuliah, sudah
bekerja. Coba kau pahami, pahami aku. Aku bekerja. Aku mengumpulkan uang. Suatu
saat nanti, jika uang itu terkumpul, aku akan menemuimu. Coba pikirkan, untuk
apa aku sibuk?
A: Seperti itu? Kamu
dulu bisa membagi waktumu dengan baik. Kenapa? Apa kamu tidak suka jika aku
membutuhkanmu? Apa kamu tidak suka jika hanya kamulah yang bisa menenangkanku?
Kenapa kamu selalu menyalahkanku kembali? Kenapa kamu selalu menyudutkanku? Apa
yang sebenarnya kamu inginkan? Membuatku merasa bersalah? Jahat!
B: Apa? Aku jahat?!
Kalau aku jahat, aku sudah berada di tahanan, Sayang, berteman dengan para
tersangka koruptor itu. Ah, kamu bercanda.
A: Aku juga memiliki
kesabaran yang terbatas. Tapi entahlah, aku rasa kamu selalu menyalahgunakannya
begitu saja, karena aku mudah memaafkan. Aku tidak selalu menyudutkanmu. Aku
hanya ingin waktu luang yang kupunya
kita gunakan dengan sebaik-baiknya, seromantis dulu. Aku tidak bercanda. Aku
lelah. Aku tidak mengerti harus berbuat apa lagi.
B: Dan coba pikirkan,
untuk apa kamu marah-marah dan kalah dengan rindumu itu? Apa untuk membuat
hubungan kita semakin buruk?
A: Dan coba kembali
berpikir, kenapa kamu selalu menganggap enteng setiap masalah yang muncul?
B: Aku tidak selalu
menganggap masalah itu enteng. Bukannya aku diam, tapi aku selalu dihadapkan
dengan masalah yang itu-itu saja. Kamu paham, 'kan?
A: Itu-itu saja? Dan
aku tidak berhak lelah, katamu?
B: Tidak seharusnya
kamu lelah denganku. Aku mau kamu, kamu yang dulu. Dulu kita begitu harmonis menerima
keadaan kita. Keadaannya jelas sama saja seperti sekarang, hanya saja perasaan
lah yang membuat kita semakin berbeda. Karena terlalu sayang, terlalu takut
kehilangan, takut aku yang jauh ini berpaling darimu? Aku sama sekali tidak
ingin berpaling. Aku tetap dan sama saja seperti dulu. Jangan ombang-ambingkan
kita, hingga menyulitkan kita untuk bertahan. Aku mau kita seharmonis dulu.
Oke? Ingat itu!, Dan saat ini, waktu yang aku punya untuk menghubungimu kali
ini, kita gunakan untuk memperdebatkan sesuatu yang tidak penting seperti ini.
Per-cu-ma.
"Dear girls: sudahkah kalian gunakan waktu luangnya untuk mengharmoniskan keadaan dan tidak menuntut semua waktu yang dia punya untuk kalian saja, seegois itukah kalian?"